Berikut kisah sukses dari pemilik Group Djarum.Siapa yang tak kenal dengan rokok Djarum? Bank BCA? atau komunitas online seperti KASKUS? pasti kita semua mengenalnya.Namun apakah kita mengenal siapa beliau-beliau yang mempunyai perusahaan-perusahaan besar tersebut?Berikut kisah sukses dari perjalanan bisnis dua bersaudara bapak Michael Bambang Hartono dan bapak Robert Budi Hartono sebagai pemilik group Djarum dan perusahaan besar lainnya.
Perjalanan awal Bisnis Kedua Bersaudara
Pemilik Djarum saat ini tidak berkaitan dengan pemilik awal Djarum,berawal dari Mr. Oei Wie Gwan membeli usaha produksi kretek di Kudus bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951, setelah itu beliau mengubah namanya menjadi Djarum saja.Pada awal kali produksi kretek ini beliau mempunyai 70 orang karyawan dan beliau ikut mengolah sendiri campuran yang khas dari tembakau dan cengkeh, sehingga kretek Djarum berbeda dengan kretek yang lainnya dari kualitas dan rasa sehingga rokok kretek ini sukses di pasaran.Dari sini kita dapat mendapat pelajaran bahwa walaupun barang atau jasa kita sudah umum banyak di perjual belikan oleh pebisnis lain namun jika di olah menjadi berbeda dan khas akan mempunyai nilai lebih di pelanggan kita.
Namun pada tahun 1963 perusahaan produksi kretek ini mengalamai cobaan yaitu terbakarnya bangunan tempat produksi mereka dan tak lama setelah cobaan itu Mr Oei meninggal.Beberapa tahun kemudian berkat kegigihan 2 putra Mr Oei Djarum mulai bangkit mereka adalah Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, pada tahun 1970 mereka mendirikan departemen penelitian dan pengembangan produk, suatu langkah yang harus ditempuh pada saat itu yang bertujuan agar perusahaan lebih maju dan berkembang dengan ditambah management yang profesional.Pada tahun 1972 mereka mulai menjual rokok kretek lintingan Djarum ke luar negeri mulai dari Belanda sampai ke Jepang, Djarum menjadi rokok kretek yang terkenal di pasar ekspor.Dari hal ini kita bisa belajar jika ada kemauan dan kerja keras, cobaan apapun pasti bisa kita lalui.
Pada tahun 1976 Djarum mengeluarkan produk Djarum Filter, rokok kretek dengan filter ini sudah di produksi dengan mesin modern kemudian pada tahun 1981 Djarum kembali mengeluarkan produk Djarum Super yang kemudian menjadi rokok filter favorit di Indonesia.Dari keberhasilan ekspor dan produk inovatif rokok filter yang menjadi favorit di Indonesia ini, menjadikan kedua bersaudara pada tahun 2011 merupakan orang paling terkaya di Indonesia dengan jumlah kekayaan 14 Miliar Dollar menurut forbes.
Asal mula mengakuisisi kepemilikan BCA
Group Djarum pada awalnya telah memiliki usaha di perbankan yaitu Bank Haga dan Bank Hagakita.Pada 13 Juli 2006, Bank Haga dan Bank Hagakita dilego ke Rabbobank Group yang berkedudukan di Belanda. Bank Haga dan Bank Hagakita memiliki aset gabungan Rp 3,97 triliun per 31 Desember 2005. Kedua bank ini memiliki 78 kantor cabang yang tersebar di Jawa, Bali dan Sumatra bagian selatan dengan 1.537 karyawan.Kemudian mereka berdua konsen untuk fokus memilih BCA.Robert dan Michael menguasai 51 persen saham BCA melalui Farindo Holding Ltd.Keduanya melalui Alaerka menguasai 92,18 persen saham Farindo Investment Ltd yang memiliki 51 persen saham BCA.Sedangkan pemilik Farindo lainnya adalah perusahaan investasi asal Amerika yakni Farallon Capital yang memiliki saham Farindo sebesar 7,82 persen.Semula, Alaerka hanya memiliki saham Farindo 9,36 persen sedangkan Farallon mencapai 90,64 persen.Berubahnya komposisi di Farindo, membuat Alaerka secara tidak langsung menguasai 46 persen saham BCA.
Bapak Michael dan Robert Budi Hartono melebarkan sayap nya dengan berinvestasi di berbagai bidang seperti perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia.
Di sektor properti, banyak proyek yang dijalankan di bawah kendali CEO Djarum ini, R. Budi Hartono, dan yang paling besar adalah mega proyek Grand Indonesia yang ditantangani pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2008. Proyek ini mencakup hotel (renovasi dari Hotel Indonesia), pusat belanja, gedung perkantoran 57 lantai dan apartemen. Total nilai investasinya 1,3 Triliun rupiah.
Di sektor Agribisnis, Robert bersama Michael memiliki perkebunan sawit seluas 65.000 hektar yang terletak di provinsi Kalimantan Barat dari tahun 2008. Mereka bergerak di bawah payung Hartono Plantations Indonesia, salah satu bagian dari Group Djarum.
Salah satu bisnis Group Djarum di sektor elektronik bergerak di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Perusahaan Polytron ini kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya meproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan dispenser.
Salah satu sektor bisnis yang baru mulai berkembang di Indonesia adalah bisnis online. Group Djarum pun tertarik untuk “menikmatinya” lewat perusahaannya Global Digital Prima Venture. Mereka juga membeli Kaskus, situs Indonesia yang paling populer.
Sumber : Wikipedia